Freefastapp.net – Penggunaan bioteknologi yang berdampak cukup besar ternyata membuat industri makanan mengalami perubahan. Teknologi ini digunakan untuk mengembangkan proses produksi yang lebih efisien, meningkatkan kualitas dan keamanan pangan, serta menciptakan produk-produk baru yang memenuhi kebutuhan konsumen modern.
Manfaat Bioteknologi di Bidang Industri Makanan
Ada banyak aspek yang hadir seperti produksi enzim dan aditif makanan, fermentasi, hingga modifikasi genetik pada bahan pangan. Tentu ini menjadi satu hal yang menggembirakan ditengah banyaknya permintaan akan makanan yang tidak hanya cepat namun tetap terjaga kualitasnya.
Fermentasi dan Produksi Enzim
Fermentasi merupakan salah satu aplikasi bioteknologi tertua dalam industri makanan. Proses ini melibatkan penggunaan mikroorganisme, seperti ragi, bakteri, atau jamur, untuk mengubah bahan mentah menjadi produk makanan yang diinginkan. Mulai dari yogurt, keju, roti, bir, dan anggur adalah sebagian dari contoh penggunaan teknologi ini. Fermentasi tidak hanya membantu dalam pengawetan makanan tetapi juga meningkatkan rasa dan tekstur produk.
Dalam skala industri, bioteknologi juga digunakan untuk memproduksi enzim yang memainkan peran penting dalam pengolahan makanan. Enzim-enzim seperti amilase, protease, dan lipase digunakan dalam berbagai proses industri makanan, seperti pemecahan pati menjadi gula dalam pembuatan bir, pengolahan susu, dan produksi sirup fruktosa tinggi dari jagung.
Adapun yang menjadi kelebihan dari penggunaan bioteknologi adalah mampu menghasilkan makanan yang lebih tahan lama dan aman dikonsumsi, karena proses ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Selain itu, penggunaan enzim memungkinkan pemrosesan makanan secara lebih cepat dan efisien. Misalnya, enzim protease digunakan untuk melunakkan daging dengan lebih cepat dibandingkan metode tradisional. Bahkan, proses fermentasi dan penggunaan enzim biasanya lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan proses kimiawi lainnya, karena membutuhkan lebih sedikit energi dan bahan kimia.
Hanya saja, teknologi yang satu membuatnya menjadi ketergantungan pada kondisi lingkungan seperti suhu dan pH. Artinya, jika kondisi ini tidak terjaga dengan baik, hasil produk bisa terpengaruh. Belum lagi dampak yang muncul seperti alergi yang dialami oleh beberapa orang dikarenakan produk fermentasi tertentu. Umumnya sering mengalami kasus intoleransi laktosa pada produk susu fermentasi.
Modifikasi Genetik Tanaman Pangan
Salah satu aplikasi bioteknologi yang paling kontroversial dalam industri makanan adalah modifikasi genetik tanaman pangan, atau yang dikenal sebagai Genetically Modified Organisms (GMO). Dalam industri pangan, tanaman GMO dibuat dengan memasukkan gen spesifik yang memberikan sifat yang diinginkan, seperti ketahanan terhadap hama, toleransi terhadap herbisida, atau peningkatan kandungan nutrisi.
Beberapa jenis tanaman yang menggunakan teknologi ini adalah jagung, kedelai, dan kanola. Tanaman ini dimodifikasi untuk lebih tahan terhadap kondisi lingkungan yang ekstrem dan serangan hama, serta dapat menghasilkan hasil panen yang lebih tinggi.
Tanaman GMO sendiri dapat menghasilkan panen yang lebih banyak, bahkan di kondisi yang kurang ideal, sehingga membantu memenuhi permintaan pangan global yang terus meningkat. Begitu juga dengan pengurangan penggunaan pestisida, yang dapat mengurangi polusi lingkungan dan biaya produksi.
Tak hanya itu, teknologi ini juga mampu meningkatkan kandungan nutrisi, misalnya dengan meningkatkan kandungan vitamin A untuk membantu mencegah defisiensi di negara-negara berkembang. Namun, seperti yang dijelaskan tadi bahwa teknologi ini yang meskipun aman untuk dikonsumsi akan tetapi masih dikhawatirkan dampak jangka panjangnya. Bahkan, bukan tidak mungkin akan muncul resiko alergi yang baru.
Begitu juga dengan resiko mengganggu ekosistem alami dan mengurangi keanekaragaman hayati, serta menyebabkan resistensi hama. Termasuk ketergantungan terhadap produsen besar untuk membeli benih.
Bioteknologi dalam Produksi Makanan Nabati dan Pengganti Daging
Dengan meningkatnya kesadaran akan isu kesehatan dan lingkungan, bioteknologi telah digunakan untuk mengembangkan alternatif makanan nabati yang meniru rasa dan tekstur daging. Produk-produk seperti “daging” nabati dari Beyond Meat dan Impossible Foods menggunakan protein nabati yang diolah sedemikian rupa agar memiliki tekstur dan cita rasa mirip daging.
Selain itu, bioteknologi juga memungkinkan pengembangan protein hewani yang ditumbuhkan di laboratorium tanpa perlu memelihara hewan, yang dikenal sebagai daging kultur (cultured meat). Cukup unik memang namun menawarkan banyak kelebihan seperti ramah lingkungan misalnya.
Belum lagi kesehatan yang jauh lebih baik karena produk daging nabati seringkali rendah kolesterol dan lemak jenuh, yang menjadikannya pilihan yang lebih sehat dibandingkan daging konvensional. Namun, perlu diketahui juga jika harga yang dibandrol untuk jenis daging ini cukup mahal.
Hal ini disebabkan karena proses produksinya yang masih cukup kompleks serta belum tersedia secara luas. Dan yang pasti, masih ada beberapa kandungan gizi yang tidak terdapat didalamnya seperti vitamin B12 dan zat besi heme, sehingga diperlukan suplementasi.
Keamanan dan Kualitas Pangan
Bioteknologi juga digunakan untuk meningkatkan keamanan dan kualitas pangan melalui deteksi cepat patogen dan bahan berbahaya. Misalnya, biosensor yang dikembangkan melalui bioteknologi dapat mendeteksi keberadaan bakteri berbahaya seperti E. Coli dan Salmonella dalam produk makanan dengan lebih cepat dibandingkan metode tradisional. Ini membantu mencegah penyebaran penyakit yang ditularkan melalui makanan.
Selain itu, bioteknologi memungkinkan pengembangan kemasan makanan yang lebih cerdas. Kemasan ini dapat berubah warna atau memberikan indikasi ketika makanan mulai rusak atau terkontaminasi, sehingga membantu konsumen menghindari produk yang tidak aman.
Dengan proses ini membuat keamanan pada makanan jauh lebih ditingkatkan. Dengan deteksi yang lebih cepat dan akurat, risiko penyebaran penyakit yang disebabkan oleh makanan dapat dikurangi secara signifikan. Belum lagi proses perpanjangan masa simpan yang membuat limbah makanan jadi jauh berkurang. Namun, dibalik manfaat yang ada justru ada kekurangannya seperti biaya pengembangan yang tinggi.
Pengembangan biosensor dan kemasan cerdas memerlukan investasi teknologi yang mahal, yang dapat meningkatkan harga produk akhir. Belum lagi adanya keterbatasan dalam penerapannya karena masih dalam tahap penelitian khususnya di negara berkembang.
Produksi Probiotik dan Prebiotik
Probiotik adalah mikroorganisme hidup yang, bila dikonsumsi dalam jumlah cukup, memberikan manfaat kesehatan, terutama bagi sistem pencernaan. Prebiotik, di sisi lain, adalah komponen makanan yang tidak dapat dicerna tetapi mendukung pertumbuhan bakteri baik dalam usus.
Produk-produk yang mengandung probiotik dan prebiotik, seperti yogurt dan suplemen makanan. Semakin populer di kalangan konsumen yang peduli akan kesehatan pencernaan. Dan ini berdampak pada kesehatan karena terbukti membantu menjaga keseimbangan mikroflora usus, meningkatkan pencernaan, dan mendukung sistem kekebalan tubuh.
Selain itu, kebutuhan masyarakat akan makanan sehat membuat probiotik begitu diminati. Hal ini terjadi karena mereka mencari pilihan makanan fungsional yang tidak hanya memberikan nutrisi tetapi juga manfaat kesehatan tambahan.
Namun, jika kurang dalam penanganan akan membuat mikroorganisme probiotik bisa mati jika tidak disimpan atau diproses dengan benar, yang dapat mengurangi manfaat kesehatannya. Belum lagi beberapa produk mengklaim mengandung probiotik tanpa bukti ilmiah yang cukup tentang manfaat kesehatan mereka. Sehingga konsumen perlu berhati-hati dalam memilih produk.
Baca Juga : Manfaat Bioteknologi di Bidang Industri pada Mobil Listrik