Freefastapp.net – Robot kolaboratif yang juga dikenal sebagai cobot (collaborative robot) akan mengambil alih pangsa pasar peralatan konstruksi yang lebih besar pada tahun 2029. Mesin-mesin ini meliputi printer 3D, lengan robot, dan jenis peralatan otomatis lainnya. Robot kolaboratif tidak bersifat otonom. Robot ini memerlukan input manusia untuk beroperasi dengan benar. Contoh kolaborasi ini adalah Semi-Automated Mason (SAM). Robot ini dapat menyebarkan mortar dan mengambil serta menempatkan batu bata, sementara tukang batu tetap bertanggung jawab untuk menambahkan sudut, membuat sambungan, dan memastikan kualitas keseluruhan.
Cobot dapat menyederhanakan proses kerja, menangani pengangkatan berat, dan melakukan tugas-tugas berbahaya. Manfaat berinvestasi pada alat-alat ini meliputi peningkatan efisiensi dan keselamatan. Namun, mesin semi-otomatis juga menghadirkan tantangan bagi para pekerja yang bekerja bersama mereka dan manajer konstruksi.
Kolaborasi Manusia-Robot Di Lingkungan Konstruksi
Berikut ini adalah gambaran pro dan kontra kolaborasi manusia-robot dalam konstruksi:
Keamanan
Perusahaan konstruksi bertujuan untuk meningkatkan keamanan dengan menambahkan robot ke dalam proses kerja mereka. Misalnya, lengan robot dapat melakukan tugas yang jika tidak akan menempatkan karyawan dalam situasi yang lebih berbahaya. Namun, mengoperasikan mesin ini di tempat kerja yang sama dengan manusia juga dapat menyebabkan masalah keamanan.
Karyawan dapat menyiapkan robot untuk mengulangi tugas tertentu. Robot akan melakukan tindakan ini di area kerja. Jika manusia tidak menyadari operasi atau kehilangan fokus, mereka dapat dengan mudah berjalan ke lintasan robot. Peralatan seperti printer 3D atau robot SAM dapat bergerak di jalur atau rangka, sehingga sulit untuk menutup area kerja.
Bahkan jika operator robot memahami protokol keselamatan, subkontraktor atau pekerja lain di lokasi mungkin tidak terbiasa dengan peralatan tersebut dan dapat tanpa sadar berjalan ke jalurnya.
Komunikasi
Banyak cobot saat ini memiliki antarmuka pengguna yang dapat diakses karyawan untuk menyesuaikan pengaturan. Meskipun panel kontrol ini dirancang untuk orang-orang tanpa pengetahuan pemrograman, masalah komunikasi masih bisa terjadi. Penyesuaian harus dilakukan melalui antarmuka. Karyawan yang tidak terbiasa dengan proses ini mungkin mengalami kesulitan dalam menyiapkan robot dan membuat perubahan di lokasi kerja.
Meskipun ada beberapa kemajuan dalam mengendalikan cobot menggunakan perintah suara, pekerja yang tidak terbiasa dengan kontrol tersebut mungkin tidak dapat bekerja di area yang sama.
Kemampuan beradaptasi
Situasi tak terduga yang memerlukan penyesuaian atau perubahan alur kerja sering terjadi di lokasi konstruksi. Pekerja berpengalaman dapat dengan cepat beradaptasi dengan persyaratan atau batasan baru. Namun, robot mungkin tidak dapat melakukan penyesuaian yang sama.
Robot perlu melakukan tugas dalam suhu dan kondisi pencahayaan yang berbeda serta mengerjakan tugas yang berbeda tergantung pada nuansa setiap proyek. Sementara sensor dan algoritme canggih dapat membantu mesin berfungsi dalam pengaturan yang berbeda, ia tidak dapat bereaksi terhadap situasi di luar pemrogramannya. Karyawan dapat memasukkan perintah, tetapi robot tidak akan menanggapi perintah yang tidak dikenal. Hal ini dapat menyebabkan situasi di mana robot menjadi tidak berguna selama bekerja.
Semangat Kerja
Banyak karyawan khawatir bahwa pekerjaan mereka dapat digantikan oleh mesin otomatis. Survei terbaru oleh American Psychological Association menemukan bahwa 38% pekerja khawatir AI akan menggantikan mereka di tempat kerja. Penggunaan robot otonom dalam konstruksi dapat memiliki efek serupa pada pekerja konstruksi dan pekerja terampil.
Temuan serupa menunjukkan bahwa beberapa karyawan menganggap penggunaan robot di tempat kerja mereka sebagai ancaman terhadap keamanan kerja. Kekhawatiran tersebut dapat menyebabkan keengganan untuk menerima gagasan robot kolaboratif di lokasi konstruksi. Karyawan mungkin tidak senang bekerja berdampingan dengan mesin yang mereka rasa dapat segera menggantikannya sama sekali. Perusahaan mungkin kesulitan untuk membuat karyawan menerima gagasan kolaborasi manusia-robot atau menerima pelatihan untuk bekerja bersama cobot dalam pekerjaan.
Manfaat Kolaborasi Manusia-Robot
Meskipun kolaborasi manusia-robot membawa tantangan bagi perusahaan konstruksi, kolaborasi tersebut juga menawarkan manfaat yang signifikan. Berikut adalah beberapa manfaat terbesar cobot dalam industri konstruksi.
Meningkatnya Produktivitas
Alat-alat digital seperti software konstruksi yang disempurnakan AI dapat meningkatkan kinerja dengan menawarkan material dan estimasi waktu yang akurat selama perencanaan proyek. Begitu konstruksi dimulai, robot dapat meningkatkan produktivitas dengan bekerja terus-menerus tanpa istirahat, dan tidak mengalami kelelahan. Dengan perawatan dan pemeliharaan yang tepat, cobot berpotensi dapat bekerja dalam beberapa shift.
Misalnya, robot pemasangan batu bata SAM dapat memasang batu bata lima kali lebih banyak daripada pekerja manusia. Hal ini memungkinkan pekerja manusia untuk mengerjakan penyangga, sambungan, sudut, dan aspek-aspek pekerjaan yang lebih rinci lainnya. Hasilnya adalah peningkatan kualitas dan produktivitas.
Pengalaman Karyawan yang Lebih Baik
Sementara beberapa karyawan khawatir tentang keamanan kerja, yang lain melihat manfaat dari penambahan teknologi ke alur kerja mereka. Robot kolaboratif dapat menangani tugas-tugas manual yang menyebabkan kelelahan dan dapat mengurangi stres kerja dengan menangani tugas-tugas yang memerlukan kinerja bebas kesalahan. Tugas-tugas berbahaya juga dapat meningkatkan stres kerja. Jika robot dapat menangani pekerjaan-pekerjaan ini, karyawan tidak perlu berhadapan langsung dengan bahaya.
Karyawan kemudian bebas untuk fokus pada jaminan kualitas atau menangani tugas-tugas yang membutuhkan keterampilan tinggi alih-alih menghabiskan sebagian besar hari mereka untuk pekerjaan manual. Selain itu, beberapa karyawan melihat kebebasan dari tugas-tugas yang berulang sebagai kesempatan untuk terlibat dalam peningkatan keterampilan.
Pencegahan Kesalahan
Kesalahan di tempat kerja dapat memengaruhi keselamatan dan kualitas. Namun, proses otomatis dapat meningkatkan akurasi. Misalnya, pengukuran yang akurat selama proyek berlangsung dapat membantu segala hal mulai dari penganggaran hingga manajemen material. Beberapa software konstruksi dapat mengotomatiskan proses-proses ini. Misalnya, perusahaan dapat mengandalkan AI untuk membaca cetak biru dan mengumpulkan data pengukuran dan material.
Bila cobot diprogram untuk menangani tugas berulang, seperti memasang ribuan batu bata, robot akan melakukan proses dan gerakan yang sama untuk setiap batu bata. Hal yang sama juga berlaku untuk robot pengelasan atau penuangan semen. Sementara seorang pekerja perlu memantau kinerja robot dalam banyak kasus, mesin biasanya tidak membuat kesalahan yang terkait dengan kelelahan atau kurangnya perhatian.
Mengurangi Limbah
Robot kolaboratif dapat mengurangi limbah dengan mengikuti proses yang ketat dan hanya menggunakan jumlah material tertentu. Misalnya, robot dapat mengukur dan memotong komponen secara akurat, secara otomatis menghitung penggunaan material untuk meminimalkan limbah.
Perangkat lunak estimasi dapat mendukung penggunaan material yang efektif ini dengan menghitung secara tepat apa yang dibutuhkan robot berdasarkan rencana proyek dan detail dalam perangkat lunak BIM. Selain itu, kombinasi kolaborasi manusia-robot dan perangkat lunak bertenaga AI juga dapat menghilangkan sebagian besar pemborosan dari pengukuran atau perencanaan yang buruk.
Robot kolaboratif menjadi semakin penting dalam konstruksi. Karena mesin semi-otomatis ini mengambil peran yang lebih besar dalam proyek pembangunan, manajer dan pekerja harus menyadari tantangan potensial dan membuat rencana untuk mengatasinya.
Baca Juga : Kategori Robot Kolaboratif yang Umum Digunakan di Berbagai Sektor Pekerjaan