Freefastapp.net – Di era modern seperti sekarang ini, manusia terlalu banyak bergantung dengan kecanggihan teknologi. Namun secara tidak sadar, kecanggihan itu juga menjadi pemicu awal dari rusaknya ekosistem. Kamu bisa coba melihat sudut pandang lain, maka kamu bisa menemukan laut yang penuh tumpahan minyak, tanah dan sungai yang terkontaminasi limbah industri, hingga udara yang penuh polusi. Ekosistem yang rusak akan mempengaruhi keadaan makhluk yang hidup di dalamnya, termasuk kita sebagai manusia. Pemanfaatan teknologi harus disesuaikan dan digunakan secukupnya saja agar lingkungan tempat kita hidup ini tidak bertambah rusak. Salah satu upaya pemulihan lingkungan yang telah tercemar bisa menggunakan kekuatan mikroorganisme, yaitu dengan teknologi biotechnology konvensional seperti bioremediasi. Inovasi ini didukung oleh makhluk kecil yang sering disepelekan oleh manusia, meliputi bakteri, jamur, dan alga. Teknologi biotechnology ini sangat efektif untuk mengembalikan lingkungan dan biayanya yang ramah di kantong.

Secara umum bioremediasi dalam teknologi biotechnology dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu bioremediasi in situ dan bioremediasi ex situ. Bioremediasi in situ dapat dilakukan secara langsung pada lokasi tercemar, proses bioremediasi in situ dapat terjadi secara alami atau intrinsik yang hanya mengandalkan populasi mikroorganisme yang ada di lokasi, dan proses yang terjadi secara sengaja melalui teknik rekayasa genetika untuk mempercepat pertumbuhan mikroorganisme yang sudah ada di lokasi ataupun yang baru ditambahkan ke lokasi. Bioremediasi ex situ dapat dilakukan dengan cara pembuangan atau pengangkutan polutan dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Proses bioremediasi ex situ dapat dilakukan jika teknis di lokasi mendukung.

Penerapan Bioremediasi Lingkungan dalam Teknologi Biotechnology

Inovasi teknologi biotechnology konvensional seperti bioremediasi ini, menjadi bukti nyata bahwa alam yang sakit bisa menyembuhkan dirinya sendiri. Sering kali kita sebagai manusia lupa berterima kasih dengan alam karena merasa telah memiliki teknologi yang maju. Padahal teknologi yang maju juga tidak ada artinya jika alam yang kita tempati mengalami kerusakan. Berikut ini upaya penerapan bioremediasi lingkungan dalam teknologi biotechnology:

Biodegradasi

Biodegradasi merupakan proses penguraian polutan organik seperti minyak, pestisida, limbah makanan, dan polutan anorganik seperti plastik. Proses penguraian ini menggunakan beberapa spesies mikroorganisme, seperti bakteri Pseudomonas sp., Bacillus sp., fungi Fusarium sp., dan Curvularia sp. Para mikroorganisme tersebut akan melepas enzim polimerase yang bisa memecah molekul kompleks pada polutan menjadi sederhana, sehingga akan lebih mudah terurai di lingkungan. Mikroorganisme yang dipilih untuk proses biodegradasi adalah mikroorganisme yang mampu hidup pada kondisi lingkungan yang sangat ekstrim dan kemampuan adaptasi yang terbaik.

Fitoremediasi

Fitoremediasi merupakan proses penguraian polutan berupa logam berat, pestisida, minyak, dan limbah lainnya yang mencemari tanah, air, dan udara. Logam berat yang paling sering ditemukan mencemari lingkungan adalah timbal, tembaga, dan seng. Proses penguraian ini menggunakan beberapa spesies tumbuhan, seperti Eceng Gondok, Melati Air, Lembang Atau Ekor Kucing, Kayu Apu, Akar Wangi, dan Purun Tikus. Penggunaan tumbuhan untuk fitoremediasi membutuhkan waktu yang relatif lama, bisa karena terlalu parah pencemarannya, area tercemar yang terlalu luas, dan proses pertumbuhan dari masing masing spesies yang berbeda.

Kemampuan mengurai ini dilakukan tumbuhan dengan cara menyerap logam berat melalui akar dan memusatkan zat kontaminan tersebut pada batang, pucuk, dan daun. Fitoremediasi terbagi menjadi beberapa kategori berdasarkan jenis kontaminannya, yaitu: fitodegradasi (penguraian polutan organik di dalam tumbuhan), fitostimulasi (merangsang mikroorganisme untuk mengurai polutan di sekitar akar), fitovolatisasi (menyerap polutan lalu melepaskannya ke udara), ekstraksi fito (menyerap polutan hingga terkumpul dalam tumbuhan lalu dipanen untuk dibuang), rizofiltrasi (akar tumbuhan akan menyerap polutan di air), dan fitostabilisasi (menahan polutan di tempatnya agar tidak menyebar ke tempat lain). Penggunaan tumbuhan pada fitoremediasi juga akan menambah nilai estetika pada lokasi yang sedang dalam proses pemulihan.

Mikoremediasi

Mikoremediasi merupakan proses penguraian polutan berupa limbah organik, limbah anorganik, logam berat, limbah radioaktif, dan lainnya yang mencemari tanah dan air. Proses penguraian ini menggunakan beberapa mikroorganisme, seperti fungi Aspergillus sp., Fusarium sp., Penicillium sp., alga, dan bakteri. Mikoremediasi ini cukup unik prosesnya, karena bisa dilakukan secara langsung pada lokasi berpolutan atau polutan yang dipindah ke tempat lain. Selain itu, penggunaan mikroorganisme pada metode ini bisa mendegradasi polutan hingga ke tingkat terendah.

Bioaugmentasi

Bioaugmentasi merupakan proses penguraian polutan  berupa limbah organik dan anorganik yang mencemari tanah dan air. Proses ini dilakukan dengan cara merekayasa genetika atau memberi perlakuan khusus pada beberapa bakteri, seperti Pseudomonas sp., Bacillus sp., Brevibacterium sp. Kemudian bakteri yang telah siap akan dilepas ke lingkungan tercemar agar proses bioremediasi dapat berjalan dengan lebih cepat dan optimal. keterbatasan mikroorganisme di lingkungan tercemar bisa diatasi dengan teknik rekayasa ini dan meningkatkan populasi mikroorganisme.

Biostimulasi

Biostimulasi merupakan proses penguraian polutan berupa limbah organik dan anorganik yang mencemari tanah dan air. Proses ini dilakukan dengan cara melakukan stimulus pada mikroorganisme yang sudah ada di lingkungan tersebut. Stimulus yang dilakukan berupa penambahan nutrisi seperti oksigen, karbon, nitrogen, dan fosfor agar pertumbuhan bakteri Bacillus sp., menjadi lebih cepat dan terkontrol dengan baik.

Untung Rugi Bioremediasi dalam Teknologi Biotechnology

Teknologi biotechnology bisa menjadi Jagoan Hijau yang mengembalikan keindahan alam dengan bantuan mikroorganisme. Dalam prosesnya, pastilah akan mengalami banyak pertimbangan terkait keuntungan dan kerugian apa yang bisa terjadi jika melakukan bioremediasi. Berikut ini informasi yang bisa kamu jadikan pertimbangan untuk mengembalikan lingkungan di sekitarmu:

Keuntungan Bioremediasi

  • Bisa melakukan pemulihan menyeluruh dengan cara memindahkan zat kontaminan dari satu tempat ke tempat lainnya.
  • Biaya yang efisien karena alat dan bahan yang dibutuhkan cukup sederhana.
  • Pada dasarnya, penggunaan mikroorganisme untuk lingkungan lebih ramah, daripada harus menggunakan zat kimia lagi untuk mengurai limbah.
  • Meminimalisir gangguan tambahan yang dapat merusak lingkungan lebih parah.
  • Mengeluarkan sedikit energi, karena kita tidak perlu melakukan pekerjaan berat untuk mengurai limbah.
  • Regulasi yang mudah. Di Indonesia terdapat Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 yang mengatur tentang pengendalian pencemaran lingkungan hidup.

Kerugian Bioremediasi

  • Jenis limbah yang bisa terurai masih dalam jenis yang terbatas, yaitu limbah yang mampu terurai secara alami saja.
  • Pemantauan harus sangat teratur untuk memantau kualitas dan kuantitas dari mikroorganisme pengurai.
  • Keterbatasan kemampuan mikroorganisme.
  • Keterbatasan nutrisi yang tersedia di lingkungan.
  • Kemungkinan gagal dan menghasilkan efek samping yang memperparah kerusakan.
  • Proses yang dilakukan dalam waktu yang cukup panjang, karena mikroorganisme maupun tumbuhan memerlukan waktu untuk adaptasi, tumbuh, berkembang yang berbeda beda.

 

Baca Juga : Pengaruh Sejarah Teknologi Biotechnology dalam Berbagai Macam Bidang Keilmuan

By idwnld8