Freefastapp.net – Ethical Augmented Reality (EAR) atau konsep realitas tertambah yang etis muncul dari konvergensi kemajuan teknologi yang pesat dalam AR dan meningkatnya keharusan global untuk praktik yang berkelanjutan. Ini bukan sekadar tentang melapisi informasi digital ke dunia fisik, melainkan tentang mempertimbangkan implikasi jangka panjang dari teknologi tersebut terhadap keseimbangan ekologi, keadilan sosial, dan kelangsungan ekonomi. EAR secara khusus membahas pengembangan dan penerapan sistem Augmented Reality etis yang bertanggung jawab, memastikan bahwa sistem tersebut berkontribusi positif terhadap kesejahteraan planet dan tidak memperburuk masalah lingkungan dan sosial yang ada.

Ini menantang pendekatan konvensional pengembangan teknologi, yang sering kali memprioritaskan inovasi tanpa mempertimbangkan konsekuensi yang lebih luas. Aplikasi AR tradisional, meskipun menawarkan banyak manfaat di bidang-bidang seperti pendidikan, pelatihan, dan hiburan, sering kali tidak memiliki kerangka kerja yang berfokus pada keberlanjutan. Ketiadaan ini menyebabkan potensi jebakan, termasuk peningkatan konsumsi energi, promosi pola konsumsi yang tidak berkelanjutan, dan memperburuk kesenjangan digital. Oleh karena itu, EAR bertujuan untuk mengkalibrasi ulang lintasan teknologi AR, mengarahkan potensinya menuju hasil yang sadar lingkungan dan bertanggung jawab secara sosial.

Awal Kemunculan AR

Perkembangan historis AR dapat ditelusuri kembali ke tahun 1960-an dengan terciptanya tampilan yang dipasang di kepala pertama. Penggunaan awalnya terutama di lingkungan militer dan industri, dengan fokus pada visualisasi data dan simulasi pelatihan. Namun, baru pada awal tahun 2000-an AR mulai mendapatkan daya tarik di pasar konsumen, sebagian besar karena kemajuan dalam komputasi seluler dan teknologi kamera.

Munculnya keberlanjutan sebagai perhatian utama secara bertahap telah memengaruhi arah penelitian dan pengembangan AR. Organisasi dan peneliti mulai mempertanyakan dampak lingkungan dari produksi perangkat keras AR, konsumsi energi aplikasi AR, dan implikasi ekuitas sosial dari penerapannya. Pertanyaan ini telah mengarah pada pendekatan yang lebih matang terhadap AR, yang memunculkan konsep seperti ‘AR hijau dan akhirnya kerangka kerja EAR yang lebih komprehensif.

Pergeseran ini merupakan transisi dari memandang AR sebagai kemajuan teknologi semata menjadi memahaminya sebagai teknologi dengan tanggung jawab etika dan lingkungan yang mendalam. Sejarah ini menggambarkan evolusi yang jelas dari inovasi yang berpusat pada teknologi ke pendekatan yang lebih holistik dan bertanggung jawab.

Munculnya EAR

Akar EAR dapat ditemukan di beberapa bidang yang saling terkait, termasuk etika lingkungan, pembangunan berkelanjutan, dan interaksi manusia-komputer. Etika lingkungan memberikan prinsip dasar bahwa teknologi tidak boleh digunakan untuk mengeksploitasi atau merusak sumber daya alam. Kerangka kerja pembangunan berkelanjutan, seperti Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals  (SDGs) dari PBB (Persatuan Bangsa-Bangsa), memberikan konteks yang lebih luas, yang menguraikan pentingnya menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dengan perlindungan lingkungan dan inklusi sosial.

EAR juga berakar kuat dalam konsep inovasi yang bertanggung jawab. Yang menekankan perlunya mengantisipasi dan mengatasi potensi konsekuensi negatif dari teknologi baru sebelum menyebar luas. Konsep ini mendorong para pemangku kepentingan, termasuk pengembang, pembuat kebijakan, dan pengguna. Untuk terlibat dalam proses desain dan implementasi teknologi yang proaktif dan partisipatif.

Oleh karena itu, akar dari EAR tidak terbatas pada aspek teknis AR. Namun meluas ke masalah filosofis, etika, dan sosial yang lebih luas. Konsep ini merupakan perkembangan alami dari perspektif awal AR yang berfokus pada teknologi ke perspektif yang lebih holistik. Berpusat pada manusia, dan peduli terhadap lingkungan.

Konteks yang Mendasari EAR

EAR menjadi lebih menonjol dalam wacana keberlanjutan karena implikasi lingkungan dan sosial dari kemajuan teknologi yang pesat menjadi lebih jelas. Awalnya, Augmented Reality etis sebagian besar dipandang sebagai teknologi yang netral. Tetapi seiring penggunaannya yang semakin meluas, kekhawatiran tentang konsumsi energi, jejak material, dan dampaknya terhadap konsumerisme mulai muncul.

Konteks lingkungan EAR secara langsung terkait dengan meningkatnya kesadaran akan sifat teknologi digital yang membutuhkan banyak sumber daya, khususnya pembuatan perangkat keras AR dan energi yang dibutuhkan untuk menjalankan aplikasi AR. Konteks sosial didorong oleh kekhawatiran tentang kesetaraan digital. Potensi AR untuk memperkuat bias yang ada, dan dampaknya terhadap interaksi sosial dan kohesi komunitas.

Saat ini, Augmented Reality yang etis sangat relevan karena menyediakan kerangka kerja untuk memastikan. Bahwa teknologi AR berkontribusi pada masa depan yang lebih berkelanjutan dan adil. EAR bergerak dengan menekankan pentingnya menyelaraskan pengembangan teknologi dengan prinsip etika dan lingkungan yang lebih luas.

Pergeseran Penerapan EAR

Pergeseran dalam pemahaman dan penerapan EAR ditandai oleh perubahan signifikan dalam cara teknologi dipersepsikan dan digunakan. Awalnya, AR dipandang terutama sebagai alat untuk hiburan, pemasaran, dan penyampaian informasi, dengan pertimbangan terbatas untuk dampaknya yang lebih luas. Pergeseran ke arah EAR melibatkan evaluasi ulang perspektif ini. Dengan mengakui bahwa teknologi tidaklah netral tetapi justru tertanam dengan konsekuensi etika dan lingkungan. Perubahan ini merupakan langkah menjauh dari pendekatan yang murni digerakkan oleh teknologi ke pendekatan yang lebih holistik dan berbasis nilai.

Transisi ini juga ditandai dengan meningkatnya penekanan pada kolaborasi antara teknolog, ahli etika, dan pakar keberlanjutan. Kolaborasi ini penting untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip EAR terintegrasi ke dalam desain dan implementasi sistem AR.

Alat untuk Mewujudkan EAR

Alat teknologi sangat penting untuk memajukan EAR, yang mencakup solusi perangkat keras dan perangkat lunak yang dirancang untuk meminimalkan dampak lingkungan dan meningkatkan praktik etika. Salah satu area pengembangan yang signifikan adalah dalam produksi perangkat keras AR yang hemat energi. Ini termasuk penelitian tentang material baru, sistem manajemen daya, dan proses manufaktur yang mengurangi jejak karbon perangkat AR.

Alat penting lainnya adalah pengembangan platform AR yang dirancang dengan mempertimbangkan keberlanjutan. Platform ini memprioritaskan efisiensi sumber daya dan privasi data, sekaligus menyediakan alat yang dibutuhkan pengembang untuk membuat aplikasi yang bertanggung jawab secara etis. Platform ini sering kali menyertakan fitur yang mempromosikan transparansi dan akuntabilitas, sehingga memudahkan pengguna untuk memahami bagaimana data mereka digunakan. Selain itu, alat untuk menilai dampak sosial AR sedang dikembangkan.

Keberhasilan Penerapan EAR

Penerapan EAR yang berhasil semakin nyata, menunjukkan keefektifannya dalam mengatasi tantangan keberlanjutan. Salah satu contohnya adalah penggunaan AR dalam pendidikan lingkungan. Di mana aplikasi AR dapat digunakan untuk menciptakan pengalaman belajar yang interaktif dan menarik yang membantu orang memahami isu lingkungan yang kompleks. Aplikasi ini dapat menghidupkan isu lingkungan, memungkinkan orang melihat dampak tindakan mereka dengan cara yang mudah diingat dan bermakna.

AR juga digunakan dalam pertanian berkelanjutan, di mana AR dapat menyediakan data secara real-time kepada petani tentang kesehatan tanaman, kondisi tanah, dan pola cuaca. Data ini dapat membantu petani membuat keputusan yang lebih tepat, mengurangi limbah, dan meningkatkan efisiensi. Penggunaan AR dalam pertanian berkelanjutan juga berkontribusi pada pengurangan konsumsi air dan penggunaan pestisida.

Baca Juga : Mengenal Augmented Reality Games (ARG) Dan Penerapannya

By idwnld8