Freefastapp.net – Teknologi Biosensor dapat digunakan untuk melakukan sebuah deteksi tertentu, utamanya pada suatu analit yang dapat menggabungkan atas beberapa komponen tertentu secara khusus. Seperti dengan hadirnya komponen biologis juga diiringi dengan suatu sistem detektor tertentu. Yakni fisikokimia. Sampai sekarang, perkembangan dari teknologi nanomaterial serta Biosensor ternyata dapat bergerak cepat dengan terlibatnya bahan nanobiorecognition. Dan hal tersebut baru dikembangkan dan juga bisa diapliaksikan menjadi sebuah reseptor penginderaan guna melakukan analisis AFBI.
Perangkat lab on a chip, menjadi contoh dari aplikasi sistem mikro atau bahkan nanoteknologi. Dimana nantinya bisa digunakan untuk melakukan analisis racun pada makanan. Pun juga rasio dari luas permukaan terhadap volumenya akan lebih tinggi juga akan dimiliki oleh nanomaterial tertentu. Tidak hanya itu saja, hal tersebut pun membuat perangkat dari Biosensor ini menjadi sangat sensitif. Membuatnya dapat memungkinkan terjadinya deteksi atas molekul yang tunggal di dalam sebuah pemantauan kontaminan. Seperti dengan racun.
Nah, nanomaterial sendiri ternyata sudah diaplikasikan di dalam teknologi Biosensor dan menjadi penanda atas proses penggantian enzim. Nanopartikel juga bisa dimanfaatkan langsung untuk sensor dengan basis konduktivitas. Nanopartikel emas sangat mudah untuk digunakan, lebih tepatnya lagi untuk imobilisasi antibodi dan juga diaplikasikan pada Enzim Linked Immunosorbent Assay atau biasa juga disebut dengan ELISA.
Immunosensor elektrokimia pun sudah dikembangkan secara langsung, guna melakukan deteksi atas jumlah aflatoksin M1. Di dalam sebuah makanan dan dilakukan sebuah uji immuno kromatografi secara cepat dan juga sederhana.
Aplikasi dari teknologi Biosensor pada dasarnya sangat meningkat dan seiring berjalannya waktu, perkembangannya terus berlangsung. Demi kebutuhan dari manusia dan tentu saja kemajuan dari ipteknya itu sendiri. Namun secara keseluruhan dan secara umum, tetap didominasi untuk diaplikasikan di dalam lingkungan kehidupan dan juga dalam bidang medis.
Arti Biosensor
Teknologi Biosensor ternyata bisa diartikan menjadi sebuah perangkat bioanalitik yang dapat menggabungkan diantara beberapa unsur pengenal. Nantinya akan diintegrasikan dengan sistem transduser kimiafisika. Nah, sampai sekarang. Ternyata sudah terdapat lima jenis transduser yang dapat digunakan di dalam perangkat sistem teknologi Biosensor. Yakni transduser elektrokimia, kemudian sensitif massa, hingga optik dan juga ada juga jenis transduser kalorimetrik hingga elektrokimia.
Biosensor menjadi alat yang terintegrasi dan serba lengkap, mampu menentukan terkait dengan spesifikasi beberapa informasi yang analitis. Akan menggunakan dan melibatkan banyak unsur, seperti dengan reseptor biokimia hingga yang dihubungkan dengan elemen transduksi. Selain itu, Biosensor juga dapat digunakan untuk melakukan deteksi atas suatu analit tertentu dan juga akan menggabungkan antara komponen biologis dengan beberapa alat pendeteksi kimiafisika. Sistem v terdiri atas tiga komponen secara khusus.
Yakni hadirnya elemen detektor, biologis sensitif hingga elemen transduser itu sendiri. Untuk elemen biologis, ternyata bisa berupa jaringan yang berbeda-beda. Seperti dengan antibodi, asam nukleat, sel reseptor hingga organel dan juga mikroorganisme tertentu. Selanjutnya ada elemen detektor, yang memiliki fungsi menjadi pengindera dan juga akan mengubah karakter terkait dengan elemen biologis lainnya. Dan untuk elemen transduser, akan memiliki peran untuk menjadi penghubung antara kedua elemen sebelumnya.
Sebuah teknologi dari Biosensor yang baik dan bagus, ternyata harus memiliki setidaknya beragam fitur yang bermanfaat. Seperti dengan teknologi Biosensor wajib memiliki sifat secara spesifik dan juga khusus. Harus stabil pada kondisi penyimpanannya, memiliki stabilitas sangat baik, dan juga harus memiliki respon cepat serta akurat. Tidak hanya itu saja, pada rentang deteksi analit pun harus murah, mudah dan sehingga nantinya dapat digunakan oleh orang yang tidak begitu profesional.
Prinsip Deteksi Teknologi Biosensor
Jika dilihat dari prinsip deteksinya, ternyata Biosensor bisa dibedakan dan dibagi menjadi lima tipe sekaligus. Apa saja?
Biosensor Piezoelektrik
Biosensor piezoelektrik akan memanfaatkan kristal yang mengalami sebuah transformasi fasa dan ketika arus listrik diaplikasikan pada mereka maka kristal tersebut akan bervibrasi di bawah dari pengaruh dan efek medan listriknya. Frekuensi atas osilasi akan bergantung pada ketebalan dan juga jenis kristalnya. Masing-masing kristal akan memiliki ciri dan karakter tertentu, dan akan bergantung pada bagaimana sifat pada permukaan kristalnya.
Jika ternyata kristalnya dilapisi dengan beberapa elemen pengenal biologis, maka secara langsung akan terjadi proses pengikatan analit pada target juga reseptor yang akan memberikan perubahan atas hadirnya frekuensi resonansi.
Biosensor Optis
Selanjutnya ada Biosensor optis yang didasarkan atas perubahan absorbansi atau bahkan fluoresensi atas suatu senyawa dan juga indikator tertentu. Penggunaan yang paling umum atas teknologi satu ini, adalah menjadi kontrol juga darah untuk penderita penyakit diabetes yang memang kadar gulanya berlebih.
Di dalam kasus ini, Biosensor terdiri atas beberapa enzim glukosa oksidase, kemudian ada juga horseradish peroxidase hingga juga hadir kromogen. Nantinya horseradish tersebut akan dihasilkan langsung melalui proses terjadinya oksidasi aerobik atas glukosa dan juga akan menimbulkan suatu perubahan warna pada kromogennya tersebut.
Immunosensor
Nah, Biosensor ini ternyata bisa dikonjungsikan dengan ELISA, ELISA nantinya digunakan untuk dapat melakukan deteksi langsung pada beberapa antigen juga antibodi. Senyawa enzym linked tersebut akan terikat langsung pada antibodi yang ditetapkan atas konsentrasi relatif antigen secara bebas dan juga ditentukan juga diukur menjadi kecepatan reaksi tertentu. S
Enzim yang nantinya akan memiliki aktivitas tinggi, akan digunakan untuk bisa mendapatkan respon yang cepat. Nah, Teknik ELISa sendiri sudah digabungkan dengan Biosensor untuk bisa membentuk sebuah imunosensor di dalam rangka untuk dapat meningkatkan sebuah pengukuran juga kecepatan hingga sensitivitas tertentu.
Biosensor Kalorimetrik
Sebagian reaksi yang dikatalisis dari sebuah enzim, menjadi reaksi eksotermis dan bisa digunakan untuk menjadi dasar dalam pengukuran kecepatan atas reaksi dan juga konsentrasi dari analitnya. Perubahan yang terjadi dalam temperatur, ternyata bisa ditentukan dengan memposisikan thermistor di dalam ujung kolom yang berisi beberapa enzim yang sudah terimobilisasi.
Biosensor Elektrokimia
Prinsip deteksi dari Biosensor yang terakhir, adalah biasanya didasarkan pada katalisis enzimatik atas suatu reaksi yang dapat menghasilkan sebuah ion tertentu. Nah, substrat sensor nantinya akan terdiri atas tiga elektroda. Yakni elektroda referensi, kerja dan yang ketika adalah elektroda ketiga. Elektroda akan menjadi lawan dan sekaligus bisa digunakan langsung menjadi sumber ionnya. Analit target nantinya akan memberikan reaksi tertentu di dalam permukaan elektroda kerjanya.
Ion yang dihasilkan di dalam reaksi tersebut, akan memberikan efek berbeda dan akan ada potensial diantara elektroda kerja dan juga elektroda referensinya.
Diantara berbagai jenis sistem teknologi Biosensor, Biosensor kimia ternyata menjadi salah satu metode yang paling sering juga umum digunakan. Hal tersebut menjadi hasil dari kebanyakan penelitian, yang dapat mempelajari tentang hasil atas banyaknya penelitian yang dilakukan. Mempelajari terkait dengan biointeraksi dan juga bagaimana proses deteksinya antar molekul tersebut berlangsung.
Baca Juga : Belajar Mengenai Teknologi Biosensor Antena dan Cara Kerjanya